Sabtu, 27 September 2014

Pendidikan Islam di Indonesia


Pendidikan Islam di Indonesia (diambil dari Islam and Modernity karya Fazlur Rahman) Oleh: Umi salamah Rahman sungguh-sunggguh menaruk perhatian yang sangat besar di Indonesia. Sehingga mencoba mengenalkan bahwa di Indonesia sebagai penduduk yang umat Islamnya terbanyak ini juga pantas untuk diperhatikan oleh para peneliti. Kajian Islam di Indonesia sama pentingnya dengan kajian Islam di timur tengah atau lainnya. Indonesia sebagai negara yang mempunyai penduduk pemeluk Islam terbesar di dunia sekarang sudah mulai diakui. Fazlur Rahman, mencoba mengenalkan Islam di Indonesia dalam bukunya Islam & Modernity Transformation of an Intellectual Tradition yang diterjemahkan dalam bahasa Indonesia oleh Ahsin Muhammad dengan judul Islam dan Modertitas tentang Transformasi Intelektual memaparkan Islam di Indonesia yang belum dilirik oleh pengembang pemikiran hukum dan pendidikan Islam. Padahal perkembangan Islam di Indonesia sangat segnifikan walaupun tidak dalam semua ranah. Pada abad 1900 beberapa umat Islam yang pergi ke Makkah mengembangakan intelektual Islam yang ortodok yang menyebarkan ilmunya melalui pesantren dan berkembang menjadi madrasah. Pada tahun 1930 dengan adanya pengaruh al-Azhar, Kairo, ulama-ulama yang terdidik menjadi anggota organisasi muhamadiyah yang progresif dan modernis. Dan ulama yang terdidik di Makkah menjadi anggota di Nahdhatul Ulama’ yang konserfatif dan lebih dekat dengan kaum muslimin Jawa. Islam dalam perjalannya di Indonesia terkendala oleh politik tetapi dalam pendidikan mengalami perkembangan walaupun masih ada kekurangan seperti tidak memadainya tenaga pengajar. Perkembangan ini terlihat dari lembaga formal IAIN di Yogyakarta dan Jakarta dan sekarang ada daerah lainnya. Awal format pendidikan Islam di Indonesia dulu mengikuti pola kurikulum yang digunakan al-Azhar, Kairo. Pandangan barat dan sebagian kelompok umat Islam di Indonesia, jika Islam di Indonesia diarahkan dalam konsep liberal maka akan terbebas dari aktifitas konservatif dan fundamentalis. Akan tetapi Rahman mencoba mengktitisi dengan pandanganya, bahwa bangsa Indonesia sebagai bangsa yang berwatak demokratis sehingga penafsiran demokratis yang akan lebih berhasil di Indonesia. Pertumbuhan lembaga-lembaga yang tororganisir dalam pandagan Rahman, akan bisa membuat Indonesia menjadi umat Islam yang progresif. Sayangnya Islam di Indonesia hanya sebatas sebagai kepercayan dengan melaksanakan semua ajaran agama hanya dalam ranah ideologi. Pelaksanaan Islam sebagai praktek keagamaan ini belum menyentuh ranah moral-sosial. Kecenderungan adanya penafsiran yang progresif menguatkan Islam di Indonesia. Hal ini bisa dilihat dari karya-karya anak bangsa dalam menafsirkan hukum Islam. Seperti tokoh Hasbi As-Syidiqi yang menafsirkan al-Quran secara berjilid-jilid. Untuk saat ini tokoh-tokoh yang mengkaji Islam sudah sangat banyak baik ilmu tafsir, hukum, ekonomi dan lainnya. Menurut Rahman jika Islam Indonesia diberi kesempatan, kemudahan, walaupun pada bermula bergantung pada al-Azhar dalam kurikulum pendidikannya suatu saat pasti mampu mengembangkan suatu tradisi pribumi yang bermakna. Karena demam kegiatan pendidikan dan intelektual yang mengarah pada arah yang benar. Apa yang diungkapkan Rahman ini menjadi nyata, saat ini bisa kita lihat bahwasanya perkembangan Islam di Indonesia sendiri melejit sangat pesat melebihi yang terjadi di Makkah. Seperti kesetaraan antara perempuan dan laki-laki dalam ranah publik mempunyai kesempatan yang sama dari segi pendidikan, politik, pengaturan hak dan kewajiban dalam rumah tangga. perempuan tidak lagi dijadikan makhluk nomor dua. Abu Sulaiman telah menegaskan Adanya krisis pemikiran Islam” yang disebabkan oleh keterbelakangan metode penelitian karena hanya menekankan pada analisis teks dan linguistic dan memberikan sedikit respon terhadap realita empiris. Dari buku tersebut uraian Fazlur Rahman tentang Islam di Indonesia sangat menarik dan apa yang dipaparkan bisa menjadi pandangan peneliti di luar Indonesia bahwa dulu Islam di Indonesai tidak seperti saat ini yang berkembang pesat banyak pemikir-pemikir yang progresif. Pendidikan Islam juga mengalami kemajuan yang signifikan sehingga ada paduan antara ilmu agama dan sains. Seperti UIN Sunan Kalijaga yang mencoba memadukan antara pemahaman agama dan sains dengan konsep Intergrasi dan Interkoneksi. Gadamer dalam bukunya Truth and Method membahas tentang filsafat hermeonetika Dalam pengantarnya diterangkan bahwa dalam pengantar buku yang pertama seorang yang mengkaji sesuatu ilmu pengetahuan seringkali beranggapan bahwa hermeunetika adalah metode.padahal dalam nyatanya hermeunetik berkaitan dengan pengetahuan dan kebenaran. Sehingga harus mencakup semua aspek antara pengalaman filsafat, seni, dan sejarah. Hermeunetik yang dikaji Gadamer tidak hanya metodologi ilmu pengetahuan, tetapi usaha memahami apa sebenarnya ilmu pengetahuan manusia itu, bahkan melampaui kesadaran-diri metodologis ilmu pengetahuan. Membahas ilmu pengetahuan tidak akan bisa lepas dari historis dan filsafat.karena fakta yang ada saat ini bukanlah hal baru yang terkonntruksi akan tetapi ituadalah pengembangan dari sebuah peristiwa yang berada jauh di belakang. Saat ini antara usaha filsafat zaman sekarang dan tradisi filsafat klasik terdapat jarak historis terutama dalam hal konsep. Munculnya historis terhadap abad terakhir adalah sebuah perkembangan yang jauh lebih radikal. Untuk edisi kedua dari Truth and Method ini gadamer mencoba memperbaiki karyanya lewat masukan-masukan para kritikus pemerhati edisi pertama. Manusia bagaimanapun selalu akan kembali pada dirinya begitu juga dengan gadamer waluapun mencoba dan menerima serta menperbaiki karya tersebut, tetap saja pemikinnyalah yang lebih mendominasi dalam pemahaman hermeunetik. Adanya kesalahpahaman terhadap edisi pertama, membuat gadamer dalam kata pengantar edisi kedua menegaskan bahwa hermeunetik yang digunakan bukan bertujuan mengelaborasi terhadap sistem

Tidak ada komentar:

Posting Komentar